Selasa, 01 September 2015

Empat

"Dhel, mungkin besok ketika kamu bangun, kamu tidak akan menemukan saya lagi karena pesawat pagi sehingga saya harus secepatnya ke bandara".

Aku terdiam.

"Saya ucapkan terimakasih atas persahabatan yang baik ini. Terimakasih sudah mau mendengarkan semua cerita ku. Dhel kamu harus kuat. Ingat ya jangan sakiti diri kamu hanya karena orang lain. Saya senang mengenalmu. Saya pasti sangat merindukanmu, setiap bercandaan mu, setiap kata "No" yang kamu ucapkan dengan nada yang sangat panjang". Katanya sambil tersenyum

"Ya gap, saya pasti juga merindukanmu". Jawabku pelan

Sejenak kami terdiam, sampai akhirnya aku berinisiatif membuka lemari ku sambil ku ambil oleh-olehku

"Gap, kamu boleh pilih yang terbaik menurut mu". Kataku

"Benarkah?". Seolah ia tak percaya

"Ya". Jawabku sambil tersenyum

Dia terlihat antusias namun bingung mau memilih yang mana. Pada akhirnya ia sepertinya tertarik dengan baju bewarna putih bergambar sepeda onthel.

"Saya pilih ini, ini gambar apa dhel?". Tanyanya

"Ini sepeda onthel khas transportasi di Jakarta zaman dahulu".

"Keren". Katanya

"Teremakasih dhel". Diucapkannya dalam bahasa Indonesia

Aku tersenyum sambil menepuk pundaknya dan keluar dari kamar,

aku sedih. Terlalu sedih

(Bersambung)

Tidak ada komentar: