Alhamdulillah,
segala puji bagi Tuhan Semesta Alam, Allah Subhana wa ta’ala atas segala
rahmatnya, atas setiap tetes darah yang mengalir dalam tubuh ini, atas setiap
tarikan nafas yang di izinkan-Nya, atas setiap gerak yang tangan ini, kaki ini,
badan ini lakukan, yang aku tahu Demi Allah ini akan dimintakan
pertanggungjawabannya kelak.
Terimakasih
ya Allah aku haturkan kepada-Mu atas segala nikmat yang Engkau berikan padaku. Entah
berapa banyak itu, yang aku tahu sudah terlalu banyak aku mengingkari nikmat-Mu.
Sudang terlalu sering aku menganggap bahwa itu karena murni kemampuanku, kadang
aku lupa, aku ini siapa.
Hari
ini, tepat dua puluh tahun umurku, cukup sebenarnya untuk belajar siapa aku,
dimana aku, dan mau kemana aku. Tapi selalu gagal, kesombongan diri ini membuat
pertanyaan itu sudah berhasil dijawab tapi sebatas teori. Pada praktiknya aku
lebih banyak lupa akan siapa diri ku, dimana aku, dan mau kemana aku. Kadang aku
malu. Malu, untuk mengadu pada Rabbku ketika aku tertimpa masalah, aku malu
akan dosa-dosaku. Dosa yang pasti bagai lautan. Bayangkan dua puluh tahun.
Kepala
dua, biasanya sebutan untuk ketika menginjak usia kelipatan sepuluh yang ke dua. Artinya, sudah tua. Simpel kan. Aku
teringat, sangat jelas dalam pikiran ku, pertama kali aku menginjak usia
sepuluh tahun. Aku bangga sekali disebut kepala satu. Sekarang sudang kepala
dua. Kalian tahu? Rasanya hanya seperti mengedipkan bola mata. Sekejap, lalu
umurku sudah jauh berubah.
Sudah
banyak yang aku lalui, walau tak sebanyak asam garam orang yang kepala tiga dan
seterusnya. Tapi sudah cukup lumayan aku melihat dunia ini. Bagaimana sistemnya,
cara kerja orang-orang dalam bertahan hidup, mana yang baik mana yang buruk,
bahkan sedikit-sedikit aku kadang sudah bisa menebak bagaimana kepribadiaan
seseorang ketika aku mulai bersosialisasi dengannya. Mana orang baik dan mana
orang buruk. Menginjak kepala dua ini, ku mulai pintar-pintar memilih teman.
Inilah
hidup. Alhamdulillah sampai saat ini, aku sehat wal afiat tanpa kurang satu
apapun. Sampai saat ini keluarga adalah tempat terbaik untuk aku melepas
ketakutanku akan keyakinan untuk bisa bersaing hidup nantinya di masyarakat. Mudah-mudahan
Allah selalu memberikan perlindungannya kepada aku dan keluargaku dari mara
bahaya, cobaan, dan godaan syetan yang terkutuk. Itu doa dan harapan pertama ku
untuk usiaku kali ini.
Menginjak
kepala dua ini, banyak hal yang harus aku perbaiki dan banyak hal yang harus
aku selesaikan. Yang paling berubah dari diriku adalah, aku mulai takut untuk
melihat dunia kedepan. Aku takut tak dapat bersaing di masyarakat. Aku takut
apakah aku akan hidup normal. Pesimis ku kembali lagi. Itu kelemahanku, dan aku
harus bongkar itu. Tapi aku bersyukur, setidaknya aku sadar, sehingga aku bisa
cepat-cepat bergegas untuk berhijrah.
Hijrah,
ya aku harus berhijrah. Bukan artinya aku pindah ke suatu tempat. Tapi diriku
yang berhijrah. Kepalaku sudah dua. Sudah tua. Harusnya menurut umur aku sudah
mulai mampu menghasilkan uang pribadi. Tapi nyatanya belum. Dua tahun lagi,
harus siap masuk ke dunia kerja. aku harus menjadi lebih baik lagi. Mengasah diri
dengan baik. Itu targetku satu tahun ke depan. Lebih baik di agama, perilaku,
dan kemampuan akademik dan softskillsku.
Mudah-mudahan target-target itu semua tercapai, Amin.
Harapanku, semoga setahun kedepan aku dapat lebih baik
lagi. Baik tutur kata dan perangai ku. Menjadi lebih dewasa, dapat membanggakan
kedua orang tuaku, sehat aku dan keluargaku. Allah sampaikan umurku dan
keluargaku ke tahun depan, Allah jaga kami, Allah lindungi kami, Allah pelihara
kami, Allah mudahkan niat-niat baik kami, Allah buat kami ke arah yang lebih
baik lagi. Allah kabulkan semua doa-doa ku.
Mungkin terkesan agak berantakan tulisanku ini, aku tulis
ini di dalam kereta dan rumah ketika detak jantung jam hampir mendekati angka
dua belas di tanggal 1 Maret 2014. Setidaknya sebagai tanda syukurku dan
pengingatku akan banyaknya kekuranganku dan target serta harapanku setahun
kedepan. Semoga Allah memperbolehkan aku menulis lebih banyak lagi refleksi
diri untuk tahun-tahun berikutnya.
Selamat ulang tahun Fadhel, semoga menjadi lebih baik
lagi, berguna untuk orang banyak. Hijrahlah ke arah yang lebih baik. Ingat,
umurmu sudah menginjak kepala dua. Tidak ada waktu tuk bermain-main lagi. Agamamu
menunggu untuk lebih dipelajari olehmu. Orang tuamu menunggu untuk dibahagiakan
olehmu, Harapanmu tak harus muluk-muluk, walau berharap kau bisa menjadi orang
yang berguna suatu hari kelak.
Salam,
Fadhel Maulana
Ramadhan
20 Tahun